Ababilnews.com - Bakteri Chlamydia (Chlamydia trachomatis) adalah sebuah jenis bakteri intraseluler obligat yang dapat menjadi penyebab atau masalah utama penyakit infeksi menular seksual (PMS), infertilitas, dan penyakit radang pada panggul.
Tidak hanya klamidia, bakteri klamidia juga dapat menyebabkan atau pemicu berbagai penyakit lain pada tubuh manusia. Bakteri Chlamydia trachomatis menyebar melalui kontak tidak langsung. Jenis bakteri klamidia lainnya, yaitu Chlamydia psittaci dan Chlamydia pneumoniae, merupakan contoh bakteri yang menyerang saluran pernapasan.
 |
Bahaya penyakit klamidia |
Bakteri klamidia (Chlamydia trachomatis) merupakan sebuah bakteri intraseluler obligat yang menginfeksi sel di saluran genital atau organ intim manusia, orofaring, anorektal, dan konjungtiva. Bakteri jenis ini merupakan bakteri penyebab utama infeksi menular seksual dan kemandulan pada manusia.
Sebagian besar kasus infeksi akibat penyakit bakteri klamidia tidak menunjukkan gejala. Pria dan wanita usia 15-24 tahun yang aktif secara seksual merupakan kelompok yang paling banyak tertular oleh penyakit ini.
Pada pria, bakteri klamidia merupakan penyebab umum epididimitis, yaitu kondisi peradangan pada epididimis yang dapat terjadi pada anak-anak dan orang juga dewasa. Kondisi ini sering kali disertai dengan peradangan pada testis dan disebut epididymo-orchitis.
Selain disebabkan oleh bakteri klamidia, pada kasus tertentu, infeksi saluran kemih juga bisa menyebabkan epididimitis. Adanya kelainan anatomis pada kandung kemih, operasi saluran kemih atau prostat, duduk lama, bersepeda, dan trauma semuanya meningkatkan risiko berkembangnya epididimitis.
Gejala terinfeksi bakteri klamidia
Pada saat awal terjangkit atau terinfeksi oleh bakteri klamidia, gejala epididimitis yang mungkin dialami berupa demam, menggigil, dan rasa berat di sekitar buah pelir atau testis. Saat infeksi berlanjut, biasanya akan ada darah di cairan spermatika, sekresi di ujung penis, rasa tidak nyaman di panggul atau perut bagian bawah, dan gumpalan terjadi pada testis.
Selain itu, epididimitis dapat juga menyebabkan gejala lain, seperti rasa nyeri pada saat ejakulasi, nyeri atau perih saat buang air kecil, dan nyeri pada skrotum bengkak.
Jika mengalami gejala tersebut, dokter akan memeriksa urine, darah, atau sampel sekret dari ujung penis. Tindakan ini bertujuan untuk mencari tanda-tanda infeksi dan menemukan bakteri klamidia yang bisa menjadi penyebabnya. Bakteri lain yang juga dapat ditemukan adalah bakteri gonore.
Selain itu, ada kemungkinan USG akan dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut citra testis dan skrotum yang telah terinfeksi. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan gejala epididimitis dan torsio testis.
Tes bakteri klamidia
Seringkali infeksi bakteri klamidia tidak bergejala pada penderitanya. Oleh karena itu, skrining dan diagnosis sangatlah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang atau penyebaran lebih lanjut atau infeksi lain yang mungkin bisa timbul akibat penyakit ini. Setiap orang yang berhubungan seks dengan pasangan yang sudah terinfeksi oleh penyakit menular seksual telah yang terbukti, maka perlu dites kemungkinan terinfeksi pada pasangannya.
Saat ini, Tes terbaik untuk mendeteksi jenis bakteri klamidia adalah Tes Amplifikasi Asam Nukleat (NAAT). Pemeriksaan ini merupakan uji molekuler untuk mendeteksi materi genetik (DNA) dari Bakteri Chlamydia Trachomatis.
Komplikasi yang disebabkan oleh bakteri klamidia?
Klamidia dapat menyebar dan menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika Anda tidak segera mendapatkan perhatian medis dan pengobatan lebih lanjut. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat bakteri klamidia antara lain:
1. Artritis reaktif
Artritis reaktif atau sindrom Reiter adalah kondisi dimana radang sendi yang dipicu oleh infeksi, terutama infeksi akibat penyakit menular seksual atau keracunan daripada makanan.
Tidak menular, kondisi ini umumnya terjadi sesekali pada penderitanya dan cenderung hilang dalam jangka waktu 6-12 bulan. Sindrom Reiter adalah kondisi yang jarang terjadi.
Rasio terjadinya penyakit ini hanya berkisar belasan kasus per 100.000 penduduk dan biasanya lebih sering ditemukan pada pria dan orang dewasa yang batas usianya antara: 20-40 tahun.
2. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita, yang meliputi leher rahim, rahim, dan ovarium.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh sebuah infeksi bakteri dan juga akibat dari infeksi menular seksual. Radang panggul sering dialami wanita usia 15-25 tahun yang aktif secara seksual. Radang panggul biasanya ditandai dengan nyeri di daerah panggul atau perut bagian bawah.
Penyakit Radang panggul ini memerlukan perhatian medis untuk mencegah komplikasi, seperti kehamilan di luar rahim (ektopik) atau kemandulan (infertilitas).
3. Epididimitis
Epididimitis adalah munculnya sebuah peradangan pada epididimis atau saluran yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan distribusi sperma.
Epididimis berada di belakang testis dan menghubungkan testis dengan vas deferens, ke saluran ejakulasi, prostat, dan saluran kemih (uretra), saat Anda berejakulasi.
Saat Anda mengalami epididimitis, maka saluran tersebut akan menjadi bengkak dan menimbulkan rasa nyeri yang sangat sakit pada kemaluan anda. Kondisi peradangan ini juga bisa menyebar ke testis (epididymo-orchitis).
4. Servisitis
Servisitis adalah peradangan pada serviks atau leher rahim. Kondisi ini umumnya akan bergejala dengan nyeri di perut bagian bawah, rasa nyeri saat berhubungan seks, dan perdarahan selama atau setelah hubungan seksual.
Servisitis dapat terjadi akut secara tiba-tiba dan bahkan menjadi parah, atau berkembang secara kronis seiring waktu berjalan. Jika servisitis tidak ditangani secara dini, infeksi dapat menyebar ke rongga perut dan menyebabkan masalah kesuburan bahkan bisa menyebabkan kemandulan pada wanita.
5. Uretritis
Uretritis adalah peradangan pada saluran kemih atau uretra. Uretritis biasanya ditandai dengan gejala Mr. P terasa nyeri atau perih baik pada saat buang air kecil, nyeri pada kulup atau ujung penis, iritasi, ujung penis mengeluarkan cairan putih kental, dan tidak dapat menahan buang air kecil.
Pengobatan bakteri klamidia
Pengobatan epididimitis akibat bakteri klamidia dilakukan dengan pemberian antibiotik. Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah suntikan tunggal ceftriaxone atau doksisikilin secara oral selama 10 hari.
Pemberian antibiotik seftriakson yang sudah dikombinasikan dengan levofloxacin atau ofloxacin jika terdapat infeksi selain bakteri klamidia. Selain antibiotik, terapi lain juga diberikan berupa analgesik dan antiradang untuk meredakan peradangan dan nyeri pada penderitanya.
Epididimitis yang dialami umumnya akan membaik segera setelah pemberian antibiotik dilakukan. Pada sebagian besar kasus yang telah terjadi, komplikasi lebih lanjut tidak akan terjadi lagi. Namun pada sebagian lainnya, terdapat kemungkinan terjadi epididimitis kronis, abses, yang menyebabkan kemandulan. Kondisi ini bisa saja terjadi berulang kali.
Jika Anda mengalami infeksi menular seksual akibat bakteri klamidia atau bakteri lain, sebaiknya segera beri tahu pasangan anda agar Anda bisa mendapatkan pengobatan yang lebih lanjut jika terbukti terinfeksi. Infeksi bakteri klamidia yang tidak diketahui dapat menyebar ke orang lain kapan saja jika tidak ada penanganan yang cepat, mengobati diri sendiri berarti anda telah turut serta menjaga kesehatan orang disekitar anda.
Klik Next Untuk Membaca..