Ababilnews.com - Serum anti tetanus merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi tetanus. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran yang kian pesat, maka metode pengobatan lain akhirnya ditemukan.
Tetanus adalah infeksi bakteri Clostridium Tetani yang menyerang sistem saraf manusia. Bakteri tersebut juga menghasilkan racun yaitu tetanospasmin. Racun ini bisa menyebabkan gejala kejang otot dan bisa berakibat fatal bagi tubuh manusia. Prinsip pengobatan tetanus meliputi perawatan luka, netralisasi racun, antibiotik, antikonvulsan, dan terapi suportif.
 |
Cara Mengatasi Tetanus Selain Serum Anti Tetanus |
Pilihan menetralkan racun tetanus dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu serum anti tetanus yang berasal dari serum kuda (kuda) dan Human Tetanus Immunoglobulin (HTIG) yang berasal dari manusia. Antitoksin ini akan disuntikkan segera setelah seseorang didiagnosis dengan tetanus.
Tingkat pemberian terapi netralisasi juga akan menentukan keberhasilan pengobatan. Antitoksin hanya akan membantu mengurangi toksin tetanus yang belum berikatan dengan saraf. Namun, jika toksin berikatan dengan saraf, toksin tersebut tidak dapat dinetralkan.
Pemberian HTIG atau serum anti tetanus untuk menetralisir toksin tetanus hanya dilakukan pada luka tertentu, seperti luka yang sudah terkontaminasi tanah, feses dan ludah, luka tusuk, luka tembak, kecelakaan yang mengakibatkan luka terbuka, luka bakar, dan radang dingin pada seseorang yang mengalami sebelumnya tidak pernah menerima vaksin tetanus atau riwayat vaksinasi tidak diketahui.
Jika seseorang telah mendapat vaksin, tetapi kurang dari 3 dosis, dia masih membutuhkan suntikan antitoksin setelah cedera. Ini karena dosis awal belum membentuk kekebalan yang cukup.
Serum Anti Tetanus
Serum anti tetanus dimulai sebagai pengobatan tetanus sejak tahun 1890. Dosis serum anti tetanus yang dibutuhkan berkisar antara 10.000 sampai 500.000 unit setiap manusia. Tingkat minimal 10.000 unit diperlukan untuk mencapai tingkat antitoksin yang memadai dalam darah.
Penggunaan serum anti tetanus juga memiliki banyak masalah akibat efek sampingnya. Efek samping yang bisa timbul adalah serum sickness. Gejala serum sickness yang bisa dialami antara lain rasa tidak nyaman, demam, radang sendi, gatal, nyeri otot, bintik merah pada kulit, dan pembesaran kelenjar getah bening.
Selain itu, efek samping yang kurang umum adalah reaksi anafilaksis. Jika kondisi ini tidak segera ditangani, maka bisa berakibat fatal bagi penderitanya. Reaksi anafilaksis dapat terjadi pada individu dengan riwayat hipersensitivitas atau pada mereka yang tidak memiliki riwayat sebelumnya.
Jika timbul kesulitan bernapas dan menelan, gatal-gatal, kemerahan pada kulit terutama di sekitar telinga, pembengkakan pada mata, wajah dan dalam hidung, serta urtikaria (permukaan kulit yang terangkat seperti pulau kecil, kemerahan, dan gatal) setelah penyuntikan, maka Anda pasti akan mendapatkan reaksi. anafilaksis.
Imunoglobulin Tetanus Manusia
Mulai tahun 1960, ditemukan antitoksin yang berasal dari manusia yaitu human tetanus immunogloulin (HTIG). Antitoksin ini menggantikan serum anti tetanus asal kuda karena memiliki efek samping yang lebih sedikit. Selain itu, HTIG juga memberikan angka kematian yang lebih rendah dibandingkan serum anti tetanus.
HTIG dianjurkan diberikan kepada penderita tetanus. Serum anti tetanus hanya digunakan jika HTIG tidak tersedia. Dosis HTIG yang diberikan adalah 3000 sampai 6000 unit dalam bentuk injeksi intramuskular (dalam otot). Namun, dosis 500 unit memiliki efektivitas yang sama.
Injeksi Toksoid Tetanus
Injeksi toksoid tetanus diperlukan setelah seseorang menerima suntikan antitoksin. Baik Human Tetanus Immunoglobulin maupun serum anti tetanus berperan dalam memberikan imunitas sementara. Pemberiannya bertujuan untuk memastikan tingkat antitoksin yang memadai sebelum respons imun.
Setelah pemberian antitoksin, diperlukan injeksi toksoid tetanus. Toksoid tetanus diberikan secara intramuskular di sisi berlawanan dari injeksi anti-tetanus serum. Pemberian tetanus toksoid harus dilanjutkan dengan dosis kedua 1-2 bulan setelah dosis pertama dan dosis ketiga 6-12 bulan kemudian.
Menurut para ahli, toksoid tetanus memiliki fungsi yang berbeda dengan serum anti tetanus. Toksoid tetanus merupakan toksin tetanus yang telah dilemahkan sehingga tidak berbahaya, namun dapat merangsang respon imun tubuh.
Klik Next Untuk Membaca..