Apakah Bisa Memiliki Anak Setelah Pengobatan Kanker Serviks?
Ababilnews.com - Wanita yang didiagnosis pernah menderita kanker serviks umumnya sangat khawatir bahwa mereka tidak dapat memiliki keturunan. Penyebab sebenarnya dari kanker serviks adalah human papilloma virus atau human papillomavirus (HPV) yang tidak berdampak langsung pada kesuburan.
![]() |
Apakah Bisa Memiliki Anak Setelah Pengobatan Kanker Serviks? |
Namun, HPV meningkatkan risiko seseorang akan menderita kanker serviks, yang dapat memengaruhi kesuburan dan kehamilan pada seorang wanita. Selain itu, efek pengobatan daripada kanker serviks adalah penyebab kemandulan yang lebih mungkin.
Risiko Gangguan Kehamilan
Selain membunuh sel kanker, pengobatan kanker serviks sayangnya memiliki resiko mempengaruhi kemampuan seorang wanita untuk memiliki keturunan.
Untuk kasus yang masih belum tergolong parah, maka kanker serviks dapat ditangani dengan trachectomy radikal, yaitu dengan cara pengangkatan serviks. Namun, dalam prosedur ini, rahim dan ovarium dibiarkan sehingga memungkinkan wanita untuk bisa hamil kembali di masa depan.
Pada stadium lanjut, pengobatan kanker serviks umumnya dilakukan dengan histerektomi atau dengan cara pengangkatan rahim. Akibatnya, dengan teknik histerektomi ini, bisa membuat wanita tidak bisa hamil dikemudian hari.
Ada juga pilihan pengobatan lain, yaitu radioterapi dan kemoterapi untuk membunuh sel kanker. Sayangnya, radioterapi yang berfokus pada area panggul diketahui berpotensi merusak sel telur dan ovarium. Untuk mengantisipasi masalah kerusakan ovarium, dokter mungkin akan mengeluarkan ovarium dari sekitar area yang harus dilakukan sementara.
Kerusakan sel telur dan ovarium bisa berangsur-angsur membaik setelah pengobatan kanker servik dihentikan, tetapi bisa juga permanen. Jika kerusakan terjadi secara permanen, maka seorang wanita tidak bisa hamil lagi.
Yang perlu diperhatikan, agar kandungan seorang wanita yang sebelumnya terpapar sinar radiasi saat hamil pasti akan memiliki risiko lebih tinggi mengalami kelahiran prematur. Risiko lainnya adalah keguguran akibat bekas luka dan berkurangnya aliran darah ke rahim. Sementara, obat kemoterapi juga berpotensi merusak sel telur di ovarium sehingga risiko keguguran semakin tinggi.