Ababilnews - Setiap hari kita sering mendengar pasien positif virus Corona semakin meningkat. kabar itu bisa kita dengar baik dari kerabat ataupun media online. Namun antivirus atau vaksin untuk mengatasi virus ini belum ditemukan. Peneliti masih sibuk mempelajari obat-obatan yang dapat mengobati infeksi virus Corona atau COVID-19.
 |
3 Jenis Obat Virus Corona atau COVID-19 Yang Paling Ampuh |
Virus Corona atau Heavy Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernafasan. Virus ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan pneumonia berat hingga menyebabkan kematian. Hingga saat ini belum ditemukan obat khusus yang dapat melawan infeksi virus ini.
Meski begitu, para ahli tetap berupaya mencari kandidat obat yang bisa digunakan untuk mengatasi COVID-19. Beberapa di antaranya adalah obat yang pernah digunakan dalam wabah SARS dan MERS. Karena virusnya berasal dari keluarga virus yang sama, diharapkan obat ini juga dapat mengatasi COVID-19.
Namun perlu diingat bahwa virus penyebab COVID-19 merupakan jenis virus baru yang berbeda dengan virus corona penyebab SARS atau MERS. Oleh karena itu, khasiat atau efek samping dalam menangani COVID-19 belum diketahui secara pasti.
Obat yang Dianggap Mengatasi Infeksi Virus Corona
Berikut adalah beberapa obat yang diduga mampu mengatasi infeksi virus Corona atau COVID-19:
1. Favipiravir
Favipiravir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengobati beberapa jenis virus influenza yang diklasifikasikan sebagai jenis virus RNA. Salah satunya adalah virus influenza A yang menyebabkan flu burung dan flu babi.
Obat ini melawan virus dengan cara menghambat kerja enzim RNA polimerase yang berperan dalam meningkatkan jumlah virus. Saat enzim ini dihambat, virus tidak bisa berkembang biak dan jumlahnya di dalam tubuh berkurang.
SARS-CoV-2 juga diklasifikasikan sebagai jenis virus RNA. Itu sebabnya, favipiravir disinyalir mampu mengendalikan jumlah virus di dalam tubuh penderita COVID-19 sehingga kondisi paru-paru penderita bisa membaik.
Telah ada beberapa penelitian yang menunjukkan keampuhan obat ini dalam menurunkan jumlah virus dan mempercepat perbaikan paru-paru penderita COVID-19. Efek sampingnya juga minimal. Namun obat jenis ini sebaiknya hanya digunakan sesuai anjuran dokter dan tidak diperuntukkan bagi ibu hamil.
Selain itu, uji klinis lebih lanjut masih diperlukan untuk menetapkan favipiravir sebagai obat resmi untuk mengobati COVID-19.
2. Klorokuin
Chloroquine atau chloroquine adalah obat antimalaria yang digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis, lupus, dan amebiasis.
Beberapa uji coba terkait klorokuin pada penderita COVID-19 telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, sama seperti favipiravir, uji klinis lebih lanjut masih diperlukan yang diawasi oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).
Sehingga hingga saat ini efektivitas dan keamanan klorokuin untuk melawan virus SARS-CoV-2 masih belum jelas dan penggunaan obat ini pada kasus COVID-19 belum mendapat persetujuan dari WHO. Oleh karena itu, penggunaan klorokuin secara bebas atau tanpa anjuran dokter tidak disarankan.
Efek samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi chloroquine antara lain sakit kepala, tidak nafsu makan, sakit perut, diare, rambut rontok, dan kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari.
3. Lopinavir-ritonavir
Lopinavir-ritonavir adalah obat antivirus yang biasanya digunakan untuk mengobati HIV dan hepatitis C.Obat ini telah menunjukkan efektivitas yang signifikan terhadap virus penyebab SARS, yang berasal dari kelompok virus yang sama dengan virus penyebab COVID-19, jadi diharapkan bermanfaat untuk mengobati COVID -19.
Sayangnya, sejauh ini, lopinavir-ritonavir belum terlihat bermanfaat bagi orang dengan COVID-19. Selain itu, kombinasi obat ini menyebabkan lebih banyak efek samping daripada efek samping obat COVID-19 lainnya.
Selain obat-obatan di atas, masih ada obat lain yang sudah diuji coba untuk menangani pasien COVID-19. Beberapa di antaranya termasuk interferon alfa, ribavirin, dan remdesivir. Namun, sama seperti obat-obatan di atas, obat ini juga memerlukan uji klinis lebih lanjut.
Selama ini terapi yang direkomendasikan oleh WHO adalah pengobatan sesuai dengan gejala yang timbul dan pengendalian inflamasi yang terjadi pada tubuh penderita COVID-19. Selain itu, upaya peningkatan daya tahan tubuh dengan memberikan nutrisi dan dukungan emosional juga penting dilakukan.
Agar tidak tertular virus Corona, Anda disarankan melakukan tindakan pencegahan. Dengan begitu, virus Corona tidak mudah masuk ke tubuh Anda dan penyebaran virus ini juga tidak meluas.
Cara pencegahannya adalah dengan mencuci tangan minimal 20 detik dengan sabun mandi dan air bersih, kenakan masker saat sakit atau dekat orang sakit, oleskan jarak fisik, konsumsi makanan bergizi, batasi perjalanan keluar rumah jika ada tidak perlu mendesak, dan rutin berolahraga agar badan tetap fit.
Jika dalam 14 hari terakhir Anda berada di daerah endemis COVID-19 atau pernah kontak dengan orang yang terjangkit virus Corona, kemudian mengalami demam disertai batuk atau sesak napas, lakukan isolasi mandiri dan hubungi COVID-19 hotline di 119 Ext. 9 untuk mendapatkan arahan lebih lanjut.
Jika masih ragu, gunakan fitur pemeriksaan risiko virus Corona yang disediakan gratis oleh Alodokter untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan Anda tertular virus ini.
Jika memerlukan konsultasi atau pemeriksaan langsung dari dokter, sebaiknya tidak langsung ke rumah sakit karena akan meningkatkan risiko tertular virus Corona. Anda bisa chat langsung dengan dokter melalui aplikasi Alodokter untuk berkonsultasi mengenai kondisi Anda.
Jika memang membutuhkan pemeriksaan langsung dari dokter, buatlah janji dulu dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Alodokter, agar Anda bisa diarahkan untuk menemui dokter terdekat yang bisa membantu Anda.
Klik Next Untuk Membaca..